Jumat, 27 Maret 2009

Pembangunan pada Kekuatan Kultur


Sebagai manusia agraris, masyarakat Bugis senantiasa mengedepankan nilai gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat mereka. Nilai-nilai ini tidak saja teraplikasikan dalam penyelesaian pekerjaan bersama serta dalam menghadapi masalah yang timbul, namun juga dalam merencanakan dan menentukan apa yang akan dilakukan untuk kebaikan bersama. Dalam hal bercocok tanam misalnya dikenal istilah Tudang Sipulung yang berarti duduk bersama untuk bermusyawarah menyusun rencana dan strategi menjelang musim tanam. Pada dasarnya, di Sulsel, konsep Tudang Sipulung dikenal dalam berbagai isitilah. Pada masyarakat Enrekang misalnya, dikenal dengan nama Kombong, sementara etnis Makassar menyebutnya dengan nama Akkio. Semua mengarah pada hakekat dan makna yang sama yaitu hidup secara bersesama dan bergotong royong. Sebuah filosofi hidup yang bertumpu pada kekuatan-kekuatan kultur dan pranata-pranata sosial budaya yang senantiasa hidup dan terpelihara dalam kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan.

Dalam kegiatan Tudang Sipulung tersebut, para ahli dan praktisi duduk bersama, beradu argumentasi dalam melihat persoalan dari konteks keahlian masing-masing. Tujuannya hanya satu, supaya masyarakat petani sedapat mungkin sukses melalui musim tanam dengan selamat dan hasil yang memuaskan. Kegiatan yang telah berlangsung ratusan tahun ini, hingga masih dipertahankan. Masyarakat, pemerintah daerah bersama aparat terkait menggelar perencanaan tanam. Kapan musim tanam harus dimulai, jenis padi apa yang harus ditanam di lahan yang seperti apa, bagaimana persiapan benihnya, pupuknya, pengairannya, dan sebagainya. Di situlah para praktisi dan ahli menyampaikan persiapan dan kesiapannya, termasuk tindakan-tindakan antisipasinya.Saat ini kegiatan Tudang Sipulung tak jarang juga melibatkan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) yang ahli iklim dan cuaca, unsur Bulog di daerah sebagai pembeli hasil pertanian. Berbicara pula para pallontarak (ahli-ahli membaca lontarak) yang menceritakan pengalaman-pengalaman, sesuai rekaman catatan kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dari peristiwa masa lalu. Termasuk kondisi alam saat memulai tanam, kondisi apa saja yang terjadi sepanjang musim pertanaman, dan seperti apa hasil-hasil akhirnya. Sebuah perpaduan antara science dan pengetahuan yang didapat secara turun temurun. Semua dimaksudkan untuk melipatgandakan hasil pertanian dan pendapatan petani.Seiring perkembangan zaman, makna konsep Tudang Sipulung kemudian menjadi meluas dan tidak lagi sebatas pada persiapan kegiatan menanam padi pada musim bercocok tanam, namun mulai diadopsi dalam berbagai bidang kehidupan termasuk di pemerintahan sebagai media komunikasi efektif antara masyarakat dan pemerintah. Salah satu pemerintah kota yang mengadopsi konsep ideal ini adalah Pemerintah Kota Parepare.

Sebagai respon terhadap dinamika perubahan yang terjadi begitu cepat, Pemerintah Kota Parepare melihat bahwa permasalahan-permasalahan yang muncul di masyarakat belum sepenuhnya dapat diakomodir, sebagai akibat dari berbagai keterbatasan yang masih dimiliki masyarakat dalam memahami dan mengemukakan kebutuhan-kebutuhan mereka. Juga masih adanya kelemahan pada mekanisme dan sistem yang berlaku. Karena itu, perlunya dikembangkan sebuah mekanisme yang memungkinkan masyarakat secara leluasa dapat menyampaikan harapan dan kebutuhan real mereka, sementara pada sisi lain pemerintah dapat menemukenali permasalahan-permasalahan dimaksud serta upaya mengatasinya.
Pemerintah Kota Parepare melihat bahwa konsep Tudang Sipulung sebagai media komunikasi pemerintah dan masyarakat sangat tepat untuk mengatasi keterbatasan-dimaksud. Selain itu, pemerintah kota menyadari bahwa perubahan-perubahan mendasar di bidang informasi dan komunikasi saat ini secara paradigamatik telah melahirkan perubahan pada konsep dan praktek komunikasi yang mesti dijalankan pemerintah. Bila sebelumnya, informasi dan kegiatan komunikasi bersifat top down, dari atas ke bawah, maka sesuai semangat perubahan yang ada, komunikasi harus disusun dalam proses yang konvergen dan tidak linier. Komunikasi harus lebih dominan dari bawah ke atas, pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator daripada mendominasi informasi sebegaimana di era lalu. Untuk itulah Tudang Sipulung hadir.

Kegiatan ini telah berlangsung sejak tahun 2006 dan saat ini telah memasuki tahun kedua yang diprogramkan dalam bentuk proyek kegiatan pemerintah kota. Mekanismenya cukup unik dan lebih menekankan pada aspek pencapaian tujuan ketimbang nilai normatifnya. Karenanya, tak jarang kegiatannya berlangsung di bawah rumah penduduk dalam suasana interaktif penuh keakraban dan kesederhanaan. Masyarakat berpartisipasi tanpa harus terbebani oleh suasana formal yang umum terjadi dalam kegiatan pemerintahan. Mereka datang dengan berpakaian apa adanya bahkan terkadang tak beralas kaki. Mereka dapat mengemukakan apa saja unek-unek yang mereka miliki. Melalui kegiatan seperti ini pemerintah kota lebih mengetahui secara langsung permasalahan yang terjadi di masyarakat, selanjutnya informasi yang diperoleh dijadikan acuan dalam penyusunan kebijakan lebih lanjut.

Dilaksanakan setiap bulan dengan topik bahasan beragam, mulai dari masalah penanganan sampah, pendidikan, kesehatan hingga masalah politik pemerintahan. Untuk membatasi fokus pembicaraan, pada setiap kegiatan ditetapkan pokok bahasan sesuai kebutuhan mendasar yang dihadapi masyakat di lokasi kegiatan. Kendati demikian, tidak berarti masyarakat tidak bisa mempertanyakan masalah di luar topik yang ditentukan.

Untuk memberi akses yang luas kepada masyarakat terhadap kegiatan Tudang Sipulung dimaksud, acara interaktif tidak hanya diperuntukan bagi warga yang hadir di tempat kegiatan berlangsung, namun juga masyarakat yang tidak sempat hadir di lokasi kegiatan dapat berpartisipasi. Sebuah radio lokal menyiarkan langsung kegiatan tersebut. Masyarakat secara live dapat bertanya atau mengemukakan pendapatnya seputar topik yang dibahas atau hal-hal lain yang dinilai penting untuk disampaikan.

Karena itu, selain Walikota dan kepala unit kerja terkait hadir dalam acara tersebut harus siap memberi tanggapan dan jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan, kepala unit kerja lain yang tidak hadir di lokasi acara juga harus siap memberi tanggapan atau jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan warga, melalui saluran radio yang telah disiapkan (live).
Pemerintah kota berharap, ke depan, melalui kegiatan Tudang Sipulung akses masyarakat terhadap penyelenggarakan dan pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan yang semakin terbuka dan demokratis. Dengan demikian, harapan serta cita-cita masyarakat dan pemerintah kota yang tertuang dalam visi misi Pemerintah Kota Parepare dapat segara diwujudkan.

Tidak ada komentar: